SKETSA KEMERDEKAAN
“ SEPENGGAL KENANGAN ”
I
MUSIK MENEGANGKAN JUGA MENGHARUKAN
TERDENGAR PERLAHAN MENGIRINGI SEORANG LAKI-LAKI YANG BERJALAN PERLAHAN TANPA
ARAH TUJUAN SEPERTI MENCARI SESEUATU YANG HILANG.
LAKI-LAKI
:
Di sini. Ya di tempat ini. Di tanaj ini. Di
daerah ini. Aku telah menemukan anak-anak kecil yang penuh bakat, penuh potensi
daripada anak-anak lain yang kutemui di mana-mana. Anak-anak itu berani-berani,
lucu-lucu, tak pernah merasa malu menunjukkan segala kebisaannya. Tapi di mana
anak-anak itu sekarang? Aku tak pernah dapat menemui mereka. Apa yang terjadi
di sini? TAK BERAPA LAMA TERDENGAR SUARA
ANAK-ANAK KECIL DAN ANAK-ANAK REMAJA MENYANYIKAN LAGU KEMERDEKAAN ( HARI
KEMERDEKAAN ) SAMBIL BERKELILING DI SEKITAR RUMAHNYA DENGAN BENDERA DI TANGAN
MENYAMBUT HARI KEMERDEKAAN INDONESIA.
LAKI-LAKI :
Tapi, ah itu dulu.
Dulu sekali. Sekarang aku tidak tahu di mana mereka. Tapi aku masih ingat
nama-nama mereka. Ada Andi, ada Agus, ada Iwan, ada Guntur, ada Yuda, ada Doni,
ada Billy, ada Meylan, Melani, ada Ari, ada Dewi, ada Koko, ada Erga, ada Dona,
Ada Adit, ada Lya, ada Rita, ada Nanda, ada Rani, ada opi, ada Ratih, ada Lani,
ada Mul, adaTyas, ada Amat, ada Yundi, ada Shanti, ada Shinta, ada Angga, ada
Anto, Dede, ada Dani ada Susi, ada Sulis, ada Euis, ada Yati, ada Gunawan, ada
Budi, ada Esti, ada barangkali sekarang mereka sudah dewasa dan ada yang sudah
berkeluarga. Aku rindu dengan anak-anak itu.
Mereka selalu saja
bersemangat menghadapi peringatan hari kemerdekaan. Mereka sibuk membuat kegiatan,
mereka sibuk mengatur posisi tugas masing-masing, mereka sibuk untuk dapat
mengisi acara, mereka begitu menikmati, mereka begitu bergembira, penuh
semangat nasionalisme yang tinggi padahal mereka masih anak-anak dan remaja. Dan
itu mereka lakukan setiap tahun. Bayangkan betapa kenangan itu begitu kuat
dalam perjalanan hidupku sebagai anggota masyarakat di sebuah tempat. Tempat di
mana mereka menerima aku apa adanya dengan segala kelebihan dan kekuranganku.
Di tempat ini semua bersatu. Andai juga ada perselisihan, semua bisa di atasi.
Aku tak menemukan apa-apa di tempat lain. Aku hanya menemukan kebersamaan insan
Tuhan dengan segala sifat kemanusiawiannya di sini di tempat ini. Ya, Tuhan
begitu kuat kenangan itu.
II
LAKI-LAKI ITU MENYEKA
AIR MATANYA. IA TETAP BERDIRI DI TEMPAT ITU. SELINTAS DEMI SELINTAS KENANGAN
ITU MUNCUL.
AGUS : Hey, jadi nggak main
perang-perangannya?
IWAN : Jadi, ayo dong!
YUDA : Aku jadi Pak RT saja.
BILLY :
Aku jadi belandanya deh. Boleh gak?
ARI : Eh, Billy mentang-mentang kulit
lo bule maunya jadi belanda
terus.
Sekali-sekali jadi orang jawa dong.
LANI : Iya, lagian di rawalumbu mana ada
belanda, ada juga Cina
tambun.
ARI : Sekali-sekali aku dong yang jadi
belanda.
YUNDI : Hahaha....Ari pantesnya jadi kakek-kakek
belanda.
TYAS : Tyas jadi apa?
MEYLANI : Tyas jadi ibu-ibu saja sama aku.
IWAN : Uuuhh, dasar cewek maunya selalu
jadi ibu-ibu. Kayak Agus dan
Aduy dong sekali-sekali jadi banci.
AGUS :
Ehhhh, sembarangan. Emang kita cowok apaan. Ya, Duyyy, ya.
ADUY : Ya, kita kalo nggak disuruh jadi
banci sama pak sinar, juga
nggak mau.
BILLY : Alaahh, elu emang udah bakat aja
pake pura-pura.
AGUS : Eh, kalo ngomong jangan
sembarangan. Gue nih memainkan
peran ini demi bangsa dan negara. Mana rasa
nasionalisme loh.
Ya, Duy, ya.
ADUY : Iya, Gus. Emang dasar lekong. Ih,
cuco deh.
BILLY : Tuh, kan, apa aku bilang.
AGUS : Ihhh, Billy nakal deh.
ADUY :
Nanti aku cubit loh, Bill.
GUNAWAN : Udah, udah, jangan berkelahi. Kita semua
melakukan
pementasan ini demi mengisi
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Semua tokoh yang kalian perankan
semuanya baik dan bagus.
Yang penting niat tulus, kemauan,
dan keberanian. Ya,
nggak. Terus, Doni dan Guntur jadi apa?
DONI : Aku jadi warga yang baik saja.
GUNTUR : Aku juga jadi warga yang baik saja.
ADUY : Yaah semua mau jadi warga yang
baik. Terus siapa yang jadi
penjahatnya?
SEMUA : Elu aja kali.
GUNAWAN : Ya, sudah, sudah. Bagus, bagus semua, kok.
Kalo Semuanya mau
jadi warga yang baik. Dan memang kita harus
jadi warga yang
baik. Warga RT O10, oke. Yoo, adik-adik kita
latihan di
lapangan bulu
tangkis, ya.
SEMUA :
Yaaa, Kak Gunnnn.
LAKI-LAKI :
Ah, betapa manisnya
kenangan itu. Ingin rasanya aku dekat dengan mereka lagi. Tapi, ...ahh suara
apa itu? Siapa yang menyanyi?
TAMPAK SEKELOMPOK
ANAK-ANAK KECIL MUNCUL SAMBIL MENYANYIKAN LAGU ”RACUN” DAN ”I LOVE
YOU BYBEH”.
LAKI-LAKI :
Hey, anak-anak kecil
kenapa kalian menyanyikan lagu-lagu itu?
ANAK-ANAK :
Habis, lagunya enak
sih. Lagunya gampang dihapal.
LAKI-LAKI :
Ya, Tuhan. Sudah
sebegini berukkah generasi bangsaku? Kondisi bangsa dan negaraku? Mereka tak
lagi peduli dengan negara yang makin amburadul ini. Pantaslah kejahatan,
korupsi, provokasi, demonstrasi, sampai sadistis, dan mutilasi makin
menjadi-jadi. Bagaimana ini? Aku harus bertemu. Bertemu dengan
orang-orang yang bisa dan mau peduli demi bangsa dan negara. (EXIT)
III
LAKI-LAKI ITU BERJALAN
LAMBAN TERUS KE DEPAN. TERLIHAT WAJAHNYA MENYIMPAN SEJUTA KENANGAN TENTANG MASA
LALUNYA. IA SEPERTI MELIHAT SESUATU
YANG TIDAK DIPERCAYAINYA.
JAKARTA YANG IA KETAHUI SEBAGAI IBU KOTA
NEGARA, KOTA TEMPAT PARA PEJUANG BERGERILYA
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DEMI KEMERDEKAAN TAK LAGI MEMBUATNYA BANGGA.
TIBA-TIBA SAJA IA MENDENGAR SUARA ALUNAN LAGU DENGAN MUSIK MENGHENTAK JANTUNG,
MENGGETARKAN NADI.
LALU MUNCUL SEKELOMPOK ANAK MUDA TELER PRIA
DAN WANITA DENGAN LANGKAH SEMPOYONGAN.
LAKI-LAKI
:
Hey! Apa yang kalian lakukan di sini?
Kalian tidak tahu hari ini seluruh bangsa Indonesia
sedang memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke 63. mengapa
kalian lakukan ini?
ANAK
MUDA I : Tenang coy. Gue lagi enjoy, coy.
ANAK
MUDA 2 : Justru kita lagi
bersenang-senang mengisi kemerdekaan. ye, nggak, ye, nggak.
LAKI-LAKI
:
Begini cara kalian
memperingati kemerdekaan? Begini cara kalian mengisi kemerdekaan? Di mana rasa
tanggung jawab kalian sebagai bangsa dan negara? Di mana rasa nasionalisme
kalian?
ANAK MUDA 1 :
Itu urusan babe gue.
ANAK MUDA 2 :
Iya, kita sih cukup
bersenang-senang saja selagi masih muda. Ya, nggak. LAKI-LAKI :
Inikah rasa peduli
kalian terhadap hasil perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita? Inikah
rasa cinta kalian untuk tanah air dan bangsa? Inikah generasi penerus bangsa?
Inikah modernisasi? Inikah globalisasi?
Lihat! Kalian lihat! Bagaimana bangsa kita tidak akan rusak. Bagaimana generasi
muda takan hancur, rusak, porak poranda! Ouuuhh, Tuhan! Beri kami petunjuk.
LAKI-LAKI :
Generasi seperti
kalian yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi sebaiknyalah enyah dari muka
bumi ini daripada negara hancur demi generasi seperti kalian! Untunglah kalian
bukan warga kami, kami bersyukur. Tapi jika sampai ada waahhh....entahlah
bagaimana lingkungan kita ini.
IV
TIBA-TIBA SAJA LANGIT
HITAM TERTUTUP AWAN. MALAM JADI KELAM. TAK ADA BINTANG. TAK ADA BULAN YANG ADA
KERESAHAN DAN KEGELISAHAN YANG MENGIRINGI LANGKAH-LANGKAH LAMBAN SEORANG ANAK
MUDA YANG HAMPIR MENEMU KAN JATI DIRINYA. DENGAN SEGALA KEMAMPUAN YANG
DIMILIKINYA DIA COBA BERDIRI, JATUH, DAN BERDIRI LAGI, DAN JATUH LAGI. SEMUA
YANG ADA PADAMU ANAK MUDA MEMBUAT DIRI KAMI TIADA BERDAYA, SEBAB HANYA UNTUKMU,
HANYA BAGIMU KAMI MELAKUKAN SEMUA INI. DAN TUHAN BERKEHENDAK LAIN.
V
TERDENGAR SUARA
ANAK-ANAK BERTERIAK SAHUR-SAHUR DAN MENYAANYIKAN LAGU ”PUASA SEBENTAR LAGI. SAHURNYA SEBENTAR
LAGI. BUKANYA SEBENTAR LAGI. HABID BUKA PUASA LAGI. HABIS PUASA BUKA LAGI” TAPI
RUPANYA ITU MEMBUAT SEORANG USTAD TERGANGGU DAN MENGHENTIKANNYA.
PAK USTAD :
Hey, ngapain sih
kalian teriak-teriak! Bukannya belajr, tidur, makan, belajar lagi, tidur lagi,
makan lagi!
ANAK-ANAK :
Ya, kayak Pak Ustad,
jadi gendut perutnya (TERTAWA SAMBIL BERLARI MENINGGALKAN PAK USTAD)
PAK USTAD :
Hey, kurang asem ya,
kalian! Enak saja ngatain saya gendut! Ya, ya, saya kok jadi gendut begini. Dan
kata-anak-anak tadi puasa sebentar lagi. Ya, ampun ya, ya, kalau begitu saya
harus beritahu warga dulu kapan mulai puasa. (BERLALU)
VI
SEORANG WARTAWAN
MUNCUL BEGITU SAJA MELONTARKAN BEBERAPA PERTANYAAN KEPADA WARGA.
WARTAWAN :
Selamat malam Mbah.
Mau tanya sedikit sama si Mbah.mbah yau nggak sih arti pahlawan dan arti
perjuangan?
SI MBAH :
Ya taulah, masa ya tau
dong. Pahlawan itu orang yang gagah perkasa, ganteng Karen. Terus berani. Tidak
takut mati. Terus selalu membela orang lain. Terus tidak mementingkan diri
sendiri tapi lebih mementingkan orang banyak. Tidak pembohong. Jujur. Wahhh,
pokoke okeh buanget puijian buat pahlawan.
WARTAWAN :
Kalau perjuangan,
Mbah?
SI MBAH :
Sampean iki buta, ya. Congek.
Budek. Tolol. Perjuangan itu, ya seperti si NBA ini. Dagang sampai keringetan.
Dagang, makan, tidur, dagang lagi, makan lagi, terus ya seperti itu.
WARTAWAN :
Hey anak kecil, om mau
tanya nih. Pahlawan itu apa sih.
ANAK-ANAK :
Pahlawan itu orang
yang berjasa bagi bangsa dan negara dan sudah mati.terus kenapa ibu saya juga
sering disebut sebagai pahlawan padahal ibu saya belum mati.
WARTAWAN :
Pahlawan itu tidak
harus sudah mati. Yang masih hidup pun bisa disebut pahlawan asalkan ia memang
berjasa bagi nusa dan bangsa.
ANAK-ANAK :
Terus ibu saya disebut
pahlawan tanpa tanda jasa. Kenapa itu om?
WARTAWAN :
Karena ibu kamu itu
guru. Guru memberi ilmu bagi generasi bangsa dan negara. Jadi meskipun tanpa
tanda jasa, ibu kamu ytetap disebut pahlawan.
WARTAWAN :
Hey anak-anak muda
saya mau tanya nih, arti pahlawan itu apa sih?
ANAK MUDA :
Apa ya? Apa sih?
Yaaa…orang yang, ceek situ deh. Pokoknya dia tuh orang yang pernah berjasa dan
pernah berjuang. Ye, nggak brou?
WARTAWAN :
Ya, Anda sudah dengar
semua? Bagaimana mereka memberi gambaran tentang pahlawan dan perjuangan.
Sungguh fenomena yang menyedihkan di negara kita ini, negara yang katanya sudah
maju dan berkembang. (EXIT)
SELESAI
Komentar
Posting Komentar