ABUNAWAS MENCARI CINTA
Tales from the Thousand and One Nights
OPENING:
MUSIK ARABIAN NIGHT TERDENGAR
MENGIRINGI SEORANG SAHIBULHIKAYAT MASUK DENGAN POSTURE DAN GAYA SERTA
DILENGKAPI KOSTUM TIMUR TENGAH YANG BERUSAHA MEMIKAT PENDENGAR CERITA. Di
TANGANNYA TERLIHAT SEBUAH KITAB KUNO BERISI RIBUAN CERITA. DIA BERLENGGAK KE
KIRI BERLENGGOK KE KANAN. MAJU-MUNDUR. CELINGAK-CELINGUK MENCARI SESUATU YANG
AKAN DIJADIKAN SESUATU BAGINYA. SETELAH MERASA PASTI DIA BERUJAR:
“Ini
hanya sebuah dongeng. Sebuah cerita pelipur lara. Jenaka. Logika. Dan nyata
bagi siapa saja yang dapat memahami ceritanya. Bagi yang tidak bisa memahami
cerita ini, ML namanya (masalah elu). Dan bagi siapa saja yang tidak tertawa
melihat kelucuan dalam cerita ini yang sebenarnya tidak lucu, PL namanya (penderitaan elu).”
LALU
KATANYA:
“Assalamualaikum.
Wahai penonton, wahai pendengar. Ada sebuah cerita dari sekian cerita yang
disampaikan dari lisan ke lisan, tentang istana kerajaan, tentang raja-raja
perwira, tentang permaisuri-permaisuri jelita, tentang pangeran dan putri yang
saling mencinta, 1001 malam namanya. Cerita ini berasal dari Timur Tengah. Tapi
namanya cerita namanya juga dongeng, pasti asal-usulnya juga tidak jelas, dari
mulut ke mulut“. Begitu penonton!
KATANYA
LAGI:
“Cerita
ini bermula (DI ISTANA. DI PERADUAN SANG RAJA-RATU. MALAM HARI. RATU SEDANG
BERCERITA UNTUK RAJA, SUAMI YANG AKAN MENGHUKUM MATINYA) dari seorang ratu Sassanid,
Scheherazade namanya, yang menceritakan dongeng-dongeng menarik kepada
suaminya, Raja Syahrar. Dongeng-dongeng itu diceritakan ketika sang ratu merasa
dirinya akan mati atas hukuman yang dijatuhi baginya. Ratu sengaja bercerita
dari malam ke malam agar suaminya selalu menunda perintah hukuman mati baginya.
Hebatnya sang Ratu selalu mengakhiri dongeng dengan kisah yang menegangkan
sehingga sang Raja merasa penasaran untuk terus dan terus mendengarkan dongeng
sang Ratu. Hingga tak terasa dongeng itu disampaikan sang Ratu selama 1001
malam.
KATANYA
LAGI:
Banyak
dongeng di dalamnya. Tapi kali ini saya, sahibulhikayat hanya bercerita satu
dongeng saja. Saya akan bercerita tentang … Sssttt cerita ini berdurasi 1001
malam loch. Siap gak nontonnya. Sebab begitu Anda keluar dari gedung ini apakah
usia Anda atau achhh, Abunawas Mencari Cinta!”
(EXIT)
“dalam cerita
lama tersebut kisah abunawas pujangga mencari cinta. Orangnya cerdik dan
jenaka. Dia juga pandai bercerita apa lagi soal cinta. Hidupnya salalu mengembara
dari kota ke kota hingga ke segala penjuru dunia. Mulai dari India, Persia,
Arabia sampai ke Indonesia. Dengan berbekal ilmu dia selalu dapat apa yang
diinginkannya. Abunawas. Abunawas. Abunawas.”
PUTARAN 1
MUSIK. SEBUAH
GAMBARAN LATAR MASYARAKAT 1001 MALAM. TERLIHAT MEREKA DENGAN KESIBUKAN
KESEHARIANNYA—MEREKA LALU LALANG, MEREKA BERBINCANG, MEREKA BERSENDA GURAU,
MEREKA MELAKUKAN JUAL-BELI, MEREKA BERTENGKAR.
DI
ISTANA KERAJAAN 1001 MALAM. SANG RAJA PIPIS I TAMPAK GALAU. KEGELISAHANNYA TAK
DAPAT DITUTUPI. DARI RAUT WAJAHNYA IA SEPERTI MENANGGUNG BEBAN BERAT YANG
BARANGKALI TIDAK ADA SATU PUN YANG DAPAT MENGATASINYA.
RAJA
PIPIS 1:
(MEMANDANG LANGIT TIADA BERKEDIP. ANEHNYA
SETIAP HELAAN NAPASNYA IA SELALU KEBELET PIPIS)
Langit masih
biru. Malam masih hitam. Bintang masih berkelip. Angin masih semilir.
Berarti aku masih diberi kesempatan untuk
mendapat harapan, siapa yang dapat menyembuhkan sakit putriku. Permataku.
Belahan jiwaku. Sedih
rasanya. Gelisah adanya. Galau katanya. Galau? Tidak aku tidak
pernah galau.
(MENGHELA NAPAS. LALU IA KEBELET PIPIS.
MONDAR MANDIR TAK JELAS)
PR:
Siapa yang galau
baginda? Baginda galau?
MM:
Ya, baginda galau, Ya?
RAJA
PIPIS 1:
Sembarangan! Aku hanya sedih melihat putriku dari hari ke hari
merasa sepi. Dan selalu bercerita perihal mimpi.
PR:
Lalu maknanya
apa, baginda?
MM:
Ya, baginda apa
maknanya lalu?
RAJA
PIPIS 1:
Dia selalu berada di taman yang indah.
Sendiri. Dan kesepian. Lalu dia
bermimpi selalu bertemu dengan seorang pujangga. Tampan. Cerdik dan jenaka.
PR:
Siapa itu baginda?
MM:
Ya, baginda
siapa itu?
RAJA
PIPIS 1:
Kalau aku tahu untuk apa aku bercerita
kepada kalian! (MENGHELA NAPAS. LALU KEBELET PIPIS. MONDAR MANDIR TAK JELAS)
hhh… kenapa penyakit ini selalu saja datang! Akh, ini gara-gara ulahnya si
Abunawas yang membuat aku jengkel dan marah. Hhrrrr.. di mana dia sekarang!
Akan kupenggal kepalanya!
PR:
(DIAM)
MM:
(DIAM)
“Hamparan
padang luas terbentang di mata yang pejam. Angin sejuk merasuk jiwa yang kekal
iringi pertemuan putri dan pujangga. Mereka tertawa. Mereka berdendang. Mereka
bercengkrama. Mereka bertatapan mencari kata cinta. Tapi putri terjaga.
Pujangga di mana. Mimpi atau nyata. Mimpi atau nyata.”
PUTARAN 2
MUSIK. DI PADANG TERBUKA. SUARA ANGIN
LEMBUT MENGIRINGI KEHADIRAN SEPASANG
INSAN YANG BERHARAP BERTEMU. KEDUANYA TERASA ASING. MEREKA BELUM SALING
MENGENAL. NAMUN DARI TATAPAN MEREKA, SENYUMAN MEREKA, DAN AIR MUKA MEREKA,
SEPERTINYA MEREKA INGIN BERDEKATAN BAHKAN LEBIH DARI ITU. MEREKA INGIN MENJALIN
CINTA. SESAAT MEREKA BERDEKATAN. MEREKA BERSENTUHAN. TANGAN MEREKA SALING
BERPEGANG. MEREKA INGIN SEGERA BERPELUKAN. AKAN TETAPI ANGIN KENCANG TIBA-TIBA
MENGHENTIKAN HASRAT MEREKA.
PUTRI:
Papi! Mami! Eechh..Ayahanda! Ibunda!
BUNDA
RATU:
Ada apa Syakila putriku sayang. Juwitaku
malang karena sakitmu terlalu panjang. Bunda khawatir akan keberadaanmu.
PUTRI:
(TURUN DARI PERADUAN LALU MENDEKAT
JENDELA, MEMANDANG JAUH KELUAR) Aku bermimpi lagi. Sepi. Sunyi. Hamparan pasir.
Angin kencang. Laki-laki pujangga! Laki-laki pujangga! Ibunda, tolonglah aku. Aku tak sanggup lagi bermimpi. Aku tak lagi bisa
membedakan siang atau malam. Jiwaku terampas. Hatiku terlepas. Aku terhempas
dalam dekap pujangga. Datangkan dia! Datangkan dia!
BUNDA
RATU:
Syakila putriku sayang. Juwitaku malang.
Bunda tiada dapat bertindak
tanpa kuasa dari ayahanda, baginda raja, suami bunda
tentunya. (TERKEJUT MELIHAT WAJAH PUTRI PUCAT PASI) Hey, hey, mengapa wajah
putriku sayang jadi begitu pucat tiba-tiba? Gerangan apa yang terjadi.
PUTRI:
(DIAM MENATAP DALAM KEPADA BUNDA RATU.
LALU MELANGKAH KEMBALI KE ARAH JENDELA. DIPANDANGINYA LAGI SEKALI SAJA SUASANA
DI LUAR. LALU DIHIRUPNYA LAGI UDARA DI LUAR SEKALI SAJA. LALU MELANGKAH MENUJU
PERADUANNYA DAN MEREBAHKAN DIRINYA)
BUNDA
RATU:
Ya Tuhan. Ada apa dengan putriku
Syakila? Mengapa tiba-tiba saja ia terdiam. Wajahnya pucat pasi. Matanya tiada
pejam. Senyumnya tiada tergambar lagi. Aku harus temui baginda raja. Suami aku
tentunya.
MONDAR-MANDIR PANIK. DIPANDANGINYA PUTRI
YANG TIADA PEJAM JUGA MATANYA. TIADA SENYUM JUGA DI BIBIRNYA BERKALI-KALI. SPONTANITAS
BUNDA RATU BERTERIAK MEMANGGIL BAGINDA RAJA KARENA PANIK YANG TAK DAPAT
DIBENDUNGNYA LAGI.
Baginda Raja! Baginda Raja! Suamiku!
Ayahandanya putri Syakila kesayangan kita berdua! Cepat ke sini! Dia sakit! Dia
tidak lagi berkata-kata! Dia tidak lagi senyum! Dia tidak lagi pejam!
RAJA
PIPIS 1
Hey ada apa ayang Ratu! Kok
berteriak-teriak seperti putri yang diculik king kong lalu datang tarzan
membela! Ada apa Bunda Ratu gerangan memanggil-manggil aku?
BUNDA
RATU:
Ya Tuhan masih bertanya pula! Lihat
putrid kita kanda!
RAJA
PIPIS 1
(TERKEJUT MELIHAT PUTRI DENGAN KONDISI
MATA TIDAK TERPEJAM. BIBIR TERKATUP TIADA SENYUM)
Haagggh…Ini tidak wajar! Tidak wajar!
Pasti ada yang tidak beres dengan putriku! Syakila! Syakila sayang! Bangunlah!
Ini ayahanda datang untukmu dan bagimu!
(MEMIJAT-MIJAT KAKIPUTRI. MEMBELAI-BELAINYA JUGA PENUH KASIH SAYANG,
MEMBUAT BUNDA RATU CEMBURU)
BUNDA
RATU:
Mijatnya jangan lebay kali! Ngebelainya
jangan alay!
RAJA
PIPIS 1
Hey dia ini putri kita! Kok ayang Ratu
bicara begitu! Cemburu ya?
BUNDA
RATU:
Yeeee, siapa yang cemburu!
RAJA
PIPIS 1
Itu buktinya terlihat di wajahnya ayang!
BUNDA
RATU:
Ya, aku bisa saja cemburu! Soalnya kanda
dengan juru masak di istana kita juga sering lebay begitu, terus dengan
mban-mban di istana juga begitu, belum lagi dengan para penari istana, bukankah
itu tanda-tanda ketidakberesan!
RAJA
PIPIS 1
Iiich, kesannya kanda itu cowok yang
rakus. Siapa saja suka yang penting perempuan! Terlalu berlebihan ayang!
(BANGKIT DARI PERADUAN PUTRI)
Sudahlah sekarang yang penting kita
harus bagaimana dan harus berbuat apa?
BUNDA
RATU:
(MONDAR-MANDIR BERPIKIR) Hhhhmm, kanda
bagaimana kalau kita buat sayembara?
RAJA
PIPIS 1
Sayembara?
BUNDA
RATU:
Ya sayembara.
“Di hutan, di
hutan, di hutan. Abunawas bersembunyi di hutan karena dianggap bersalah dan
selalu jadi tumpuan salah para raja yang tidak suka adanya. Abunawas berulah.
Raja mendendam. Abunwas berulah raja pun murka. Abunawas tak rela maka dia pun
bergaya membalas kebencian dan kejahatan para raja. Dia selalu dapat apa yang
diinginkannya. Abunawas. Abunawas. Abunawas.”
PUTARAN 3
MUSIK
ARABIAN NIGHT TERDENGAR MENGIRINGI SEORANG ABUNAWAS DI HUTAN. DIA MELANGKAH
LAMBAN DI KESEPIAN. IA BERSANDAR DI POHON BESAR DALAM HUTAN ITU.TAMPAK IA
SEDANG BERPIKIR BANYAK TENTANG NASIB DIRINYA. ABUNAWAS SANGAT DISUKAI PENDUDUK
YANG SENGSARA KARENA IA MENOLONG DAN BERBAGI HARTA PEROLEHAN REZEKINYA. DIA
DISUKAI BANYAK SAUDAGAR DAN ORANG KAYA YANG MENGALAMI KESULITAN DALAM MENJAGA
RUMAH TANGGA DAN HARTANYA KARENA SEGALA IDE KECERDIKANNYA SANGAT MEMBANTU
MEREKA. SEBALIKNYA IA SANGAT DIBENCI RAJA-RAJA DI SEKITARNYA KARENA TINGKAH
POLANYA YANG SERING MEMBUAT ULAH DI ISTANA.
ABUNAWAS.
Ya Allah, jika
dosaku teramat sangat banyak namun aku tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar. Maka
aku berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharru’ sebagaimana Engkau perintahkan. Lalu jika Engkau menolak tangan permohonanku, lalu siapa yang akan
merahmati-ku.Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja lalu
kepada siapakah orang yang jahat akan memohon. Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali hanya sebuah pengharapan
Semoga Engkau menerima permohonanku dan memaafkan kesalahanku.
Semoga Engkau menerima permohonanku dan memaafkan kesalahanku.
(MENARIK NAPAS PANJANG TAPI BUKAN
MENGELUH SEBAB ABUNAWAS TIADA PERNAH MENGELUH)
Jangan
melemah abunawas. Jiwamu hanya Dia.
Jangan mengeluh abunawas. Aku tak’akan mengeluh! Lihat saja nanti! Lihat saja
ini (MENUNJUK KE OTAK)
Lihat saja saja ini (MENUNJUK KE DADA) dan ini!
(MENGEPAL TINJU KANAN). ABUNAWAS PERLAHAN DUDUK DI BATANG KAYU YANG ROBOH DI
ANTARA POHON-POHON TUA DALAM HUTAN. LALU IA MENGELUARKAN SELEMBAR KERTAS BERISI
TULISAN PUJANGGA. DIPERHATIKANNYA TULISAN DALAM KERTAS, DAN IA BERDIRI SEKETIKA
SAMBIL MEMBACAKAN SYAIR TERSEBUT DALAM KERTAS DI TANGANNYA.)
Hiduplah
semaumu di bawah naungan istana nan megahmu.
Engkau
berusaha mendapatkan apa yang engkau senangi baik pada waktu sore maupun pagi
Namun,
apabila jiwa tersengal-sengal karena sempitnya pernapasan dalam dada
Saat
itu barulah engkau tahu bahwa selama ini engkau sedang tertipu
Jangan
engkau merasa aman dari kematian sekejap mata pun
Meski engkau mempunyai para penjaga dan para pasukan
Meski engkau mempunyai para penjaga dan para pasukan
Ketahuilah
bahwa panah kematian pasti tepat sasaran
Meski bagi yang membentengi diri darinya
Meski bagi yang membentengi diri darinya
Engkau
ingin selamat namun tidak mau mengikuti jalannya
Bukankan sebuah bahtera tidak akan mungkin berlayar di jalan raya
Bukankan sebuah bahtera tidak akan mungkin berlayar di jalan raya
(SELESAI MEMBACA SYAIR TAMPAK WAJAHNYA
KERUH. EKSPRESI GERAM TERGAMBAR DI WAJAHNYA. DIA KEPALKAN KEDUA TANGANNYA KERAS
HINGGA TERLIHAT OTOT-OTOT LAKINYA YANG MENYATAKAN ABUNAWAS LAKI-LAKI SEJATI.
TAPI SESAAT SAJA. TIBA-TIBA IA TERTAWA KERAS BAHKAN TERPINGKAL-PINGKAL SAMBIL
MENARI-NARI SENDIRI. DI BENAKNYA IA
BERIMAJINASI MENARI-NARI BERSAMA
GADIS-GADIS CANTIK YANG DIA SENDIRI TAK MENGENALNYA.)
“Hiduplah
semaumu di bawah naungan istana nan megahmu.
Engkau
berusaha mendapatkan apa yang engkau senangi baik pada waktu sore maupun pagi.
Namun, apabila jiwa tersengal-sengal karena sempitnya pernapasan dalam dada
Saat itu
barulah engkau tahu bahwa selama ini engkau sedang tertipu”
PUTARAN 4
DI SERAMBI ISTANA. TAMPAK TIGA RAJA 1001 MALAM TENGAH BERBINCANG. TAMPAK WAJAH-WAJAH
MEREKA SERIUS MEMBICARAKAN SESUATU. MEREKA RAJA-RAJA YANG PERNAH DIPERDAYA OLEH
KECERDIKAN ABUNAWAS.
RAJA
PIPIS 3 :
Hhhmm kalau ingat Abunawas rasanya aku
ingin bakar hutan-hutan yang ada di daerah kekuasaanku!.
RAJA
PIPIS 2 :
Kalau aku sih, ingin membelah lautan
seperti nabi Musa. Keren kan? Biar si Abu tahu kalau aku lebih hebat dari dia.
Aku raja Pipis 2 tidak pernah main-main!
RAJA
PIPIS 1 :
Lah, ini kesal dengan Abunawas atau pamer
dengan kesombongan?
RAJA
PIPIS 2 :
(TERTAWA SINIS) Memangnya kau belum pernah
dipermalukan apa Abunawas?
RAJA
PIPIS 3 :
Aku pernah dipermalukan dia. Putriku waktu
itu sakit. Sepertinya ia diguna-guna laki-laki yang ditolaknya dengan kekuatan
sihir karena mencoba melamarnya? Sementara kami dan seisi istana sedang heboh,
datanglah Abunawas yang mengaku sebagai tabib. Lalu menyembuhkannya. Dengan
permintaan jika putriku sembuh maka harus menikah dengannya atau sebagian
wilayah kerajaan di bawah kekuasaanku harus diserahkan kepadanya. Ya, secara
gitu aku tidak mau anakku bersuamikan orang kebanyakan alias orang sembarangan.
RAJA
PIPIS 1 :
Dan ternyata putrimu sembuh?
RAJA
PIPIS 3 :
Yah. Sembuh.
RAJA
PIPIS 1 :
Putrimu atau wilayah kekuasaanmu?
RAJA
PIPIS 3 :
Yach terpaksa wilayah kekuasaankulah karena
aku bersepakat dan berjanji di muka orang banyak sebagai saksi. Sekarang
putriku sudah kunikahkan dengan bangsawan kaya raya di negeri seberang sana.
RAJA
PIPIS 1 :
(TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Hebat! Hebat!
Abunawas dapat mengelabui dan mempengaruhi seorang Raja Pipis 3 yang terkenal
kejam! Aku terkesan dengan kecerdikan Abunawas. Di mana dia?
RAJA
PIPIS 2 :
Kalau aku lain lagi. Aku pernah
dipermalukan juga di depan masyarakat banyak. Waktu itu rakyat protes dengan
kebijakanku yang tidak bijak menaikkan harga
sewa tanah, sewa lahan perkebunan, dan harga jual-beli sandang pangan.
Mereka merasa tercekik tak berdaya. Tiba-tiba muncullah seorang pemuda yang sok
jadi pembela. Demi menjaga harkat dan martabatku sebagai raja, maka aku mencoba menjalin kesepakatan dengan
rakyat, dengan perjannjian, jika pemuda yang sok jadi pembela ini gagal
memenuhi permintaanku maka akan kupenggal kepalanya. Sebaliknya jika dia
berhasil maka aku akan memberikan separuh wilayah kekuasaanku serta kuhapus
semua kebijakan yang telah kuberlakukan.
RAJA
PIPIS 1 :
Lalu apa permintaan yang kau ajukan kepada
Abunawas?
RAJA
PIPIS 2 :
Kusuruh ia mencari harimau berjanggut yang
bisa berbicara.
RAJA
PIPIS 1 :
Hhhmm aku mengerti akal bulusmu.
Sesampainya di hutan harimau berjanggut itu tidak ada dan belum pernah ada
kecuali perbuatam iblis. Lalu yang ada harimau sesungguhnya yang ganas dan siap
menerkam Abunawas.
RAJA
PIPIS 2 :
Tepat dan benar perkiraanmu Raja Pipis 1.
Aku memang ingin mencelakainya.
RAJA
PIPIS 1 :
Tapi ternyata. Kau gagal juga, kan? Dan
sebagian wilayah-wilayah kekuasaanmu jatuh ke tangan Abunawas, kan.
RAJA
PIPIS 2 :
(MENGANGGUK LEMAH DAN MERASA MALU)
RAJA
PIPIS 1 :
Kalian sebagai raja-raja kurang cerdas!
Kurang cerdik! Atau barangkali juga tidak pintar. Hanya kesempatan saja
barangkali yang menjadikan kalian raja.
(MONDAR-MANDIR SAMBIL TERSENYUM-SENYUM
BANGGA ATAS DIRINYA)
RAJA
PIPIS 2-3 :
Maksud kau apa? Menghinakan kami? Melecehkan kami? Katakana
wahai Raja Pipis 1!
RAJA
PIPIS 1 :
Jangan marah!
Jangan gundah! Bicaraku belum selesai!
RAJA
PIPIS 2-3 :
Lalu apa ceritamu? Apa ceritamu?
RAJA
PIPIS 1 :
Aku berhasil lebih cerdik dari Abunawas.
Waktu itu aku adakan ROG rumah-rumah penduduk.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Apa itu ROG?
RAJA
PIPIS 1 :
Raja Operasi Geledah. Tanpa informasi,
tanpa sosialisasi aku datangi rumah-rumah penduduk. Yang belum punya PBB, yang
belum punya IMB, dan status yang tidak jelas, aku segel dan sita rumah mereka
sampai ada penyelesaian selanjutnya.
RAJA
PIPIS 2-3 :
(MENDENGARKAN DENGAN SERIUS)
RAJA
PIPIS 1 :
Tapi berbeda ketentuan untuk Abunawas. Aku
tidak mendatang rumahnya tetapi pasukan kerajaan yang sudah terlatih dalam
tipu-menipu, bohong-berbohong, dan kibul-mengibuli yang aku perintahkan
menggeledah dan memorak-porandakan seisi rumah Abunawas. Termasuk wilayah Anda
berdua yang aku sita.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Haagghhh…jadi wilayah kekuasaan yang sudah
kuberikan sebagian kepada Abunawas menjadi milikmu juga?
RAJA
PIPIS 1 :
(TERTAWA TERBAHAK-BAHAK DAN
TERPINGKAL-PINGKAL)
Itulah aku katakan bahwa aku lebih pintar dari kalian dan
aku lebih cerdik dari seorang Abunawas!
RAJA
PIPIS 2-3 :
(SALING PANDANG DAN MERASA JENGKEL SAMPAI
TIDAK MENYADARI MENGELUARKAN SUARA GERAM)
RAJA
PIPIS 1 :
Sttt, jangan emosi dulu! Jangan marah
dulu. Ceritaku belum selesai. (TERSENYUM-SENYUM MENGINGAT KEJADIAN)
Suatu hari Abunawas datang kepadaku dengan
membawa sepiring buah durian yang ditutupi selembar kain kumal. Meskipun aku
tidak suka melihatnya, bahkan ingin aku memenggal kepalanya di hadapan orang
banyak, aku sebagai raja yang dikatakan bijak meskipun sebenarnya tidak bijak
harus mampu bersandiwara di hadapan Abunawas.
Maka katanya,
ABUNAWAS:
“Baginda Raja yang mulia, bijaksana,
sejahtera sentosalah hidup dan kehidupanmu. Aku Abunawas datang melaporkan dan
mohon saran baginda yang selalu bijak.”
Bukan main aku bangganya dipuja-puji oleh
Abunawas seperti itu.
Maka katanya lagi
ABUNAWAS:
“Rumah
hamba dirusak, dan dikotori seisinya. Karena hamba tidak berada di rumah ketika
itu.”
RAJA
PIPIS 1:
Kataku, siapa yang merusak rumahmu tanpa seizin
aku?
ABUNAWSAS:
(ABUNAWAS MEMBUKA SEDIKIT KAIN PENUTUP
PIRINGNYA)
“Ini. Lalat-lalat ini yang merusak dan
mengotori rumahku.”
RAJA
PIPIS 1:
Lalu apa yang kau harapkan dariku?
Katanya pula,
ABUNAWAS:
“Mohon izin dari Baginda untuk aku
membalaskan sakit hatiku kepada mahluk-mahluk ini di hadapan Baginda.”
RAJA
PIPIS 1:
Ooo, hanya mahluk-mahluk kotor ini.
Baiklah aku izinkan. Silakan lakukan sesukamu!
ABUNAWAS:
“Baiklah baginda segera saya bertindak.
(MEMBUKA KAIN PENUTUP DAN MENGIBASKANNYA.
SEKETIKA LALAT-LALAT YANG MENEMPEL DI BUAH DURIAN ITU BETERBANGAN KE SANA
KESINI. SEKETIKA ITU PULA ABUNAWAS MULAI BERAKSI. DI PUKULNYA LALAT-LALT ITU
SATU PER SATU. DIMATIKANNYA LALAT ITU MULAI DARI YANG TERBANG SAMPAI YANG
MENEMPEL DI SELURUH DINDING ISTANA, BAHKAN YANG MENEMPEL DI WAJAH BAGINDA RAJA
TAK LUPUT DARI PUKULAN BATANG KAYU YANG DIBAWANYA)
RAJA
PIPIS 2-3 :
(TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL)
RAJA
PIPIS 1 :
mengapa kalian tertawa?
RAJA
PIPIS 3 :
Aku sudah bisa membayangkan bagaimana
porak porandanya seisi istana dihancurkan oleh seorang Abunawas. (SAMBIL
TERTAWA)
RAJA
PIPIS 2 :
Dan aku tidak bisa membayangkan seorang
Raja Pipis 1 yang sombong, arogan, dan takabur, dipukuli kayu Abunawas. (SAMBIL TERTAWA)
RAJA
PIPIS 2-3 :
Betapa Raja Pipis 1 akan pontang-panting
ke sana kemari menghindari pukulan Abunawas. (TERTAWA TIADA HENTI)
RAJA
PIPIS 3 :
Cukup
jangan tertawa lagi, sekarang bagaimana menyikapi dan menyiasati Abunawas yang
masih berkeliaran di wilayah kerajaan kita ini.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Ya, bagaimana ini. Bagaimana ini.
Ba…gai…ma…na…i…ni
RAJA
PIPIS 2-3 :
(BERBISIK-BISIK
SEMENTARA RAJA PIPIS 1 MONDAR-MANDIR)
Hmmm,
aku ada ide.
(MEREKA
BERANGKULAN MEMBICARAKAN IDE HINGGA TIADA DISADARI 10 KALI MEREKA SUDAH
BERPUTAR-PUTAR)
PUTARAN 5
MUSIK ARABIAN NIGHT TERDENGAR MENGIRINGI SEORANG PUNGGAWA
KERAJAAN BERKELILING BERTERIAK-TERIAK MENGUMUNKAN SAYEMBARA YANG
DISELENGGARAKAN OLEH ISTANA RAJA PIPIS 1. SEMUA PENDUDUK BERKUMPUL ANTUSIAS
MENDENGARKAN PENGUMUMAN SAYEMBARA.
Pengumuman! Pengumuman! Pengumuman!
Sayembara! Sayembara! Sayembara! Raja Pipis 1 akan menyelenggarakan sayembara
dengan hadiah yang luar biasa! Siapa saja, usia berapa kecuali nenek-nenek dan
kakek-kakek yang sudah bersiap-siap menghadap TYME, dari wilayah kerajaan mana
tidak penting! Yang penting mendaftar dan mengikuti prosedur yang diberlakukan
pihak istana kerajaan!
Barang siapa yang berminat silakan
mendaftar dan mengikuti audisi di jalan Dewi Sartika … ech, itu sech alamat
sekolah gua dulu sebelum jadi satpam, ech sebelum jadi punggawa kerajaan.
Hadiahnya menarik loch. Mau tau aja apa
mau tau banget! Daftar dooongggg! Nanti juga tau dech hadiahnya.
O, ya sayembaranya adalah “Siapa yang bias
membuat putrid Syakila tersenyum lalu memejamkan matanya tertidur, maka dia
akan menjadi… hhhhmmm rahasia dong. Udah ach, ntar nggak seru ceritanya.
O, ya lagi. seyembara ini tertutup buat
orang-orang dalam kerajaan demi menjaga aktivitas korupsi yang luar biasa dan
makin menjadi-jadi alias nggak jera-jera di dalam kerajaan. Puih, piuh, puah,
nggak punya malu ye!
“Pagi itu dua
sahabat bertemu. Abunawas dan Abuwaswas untuk menghadapi raja-raja yang
bersiasat singkirkan Abunawas. Abunawas Abunawas bukanlah lelaki penakut dan
buntu strategi. lihat dulu orangnya belum pasti lemah pribadinya.”
PUTARAN 6
MUSIK THE VELVET SOUFFLE’ HELP IM IN LOVE
TERDENGAR MENGIRINGI SEORANG ABUNAWAS DAN SAHABATNYA YANG BERNAMA ABUWASWAS
JANJI BERTEMU DI SEBUAH KEDAI KOPI.
ABUNAWAS MELANGKAH LAMBAN DI KESEPIAN. ABUWASWAS JUGA MELANGKAH LAMBAN DI
KESEPIAN. SESAAT SAJA MEREKA BERTEMU.
ABUNAWAS
Hey, sahabat engkau
datang juga. Kau datang juga. Biar kusambut dengan tawa bahagia.
ABUWASWAS
Abunawas,
sahabatku lucu dan jenaka. Aku pun bahagia. Jumpa sahabat lama.
ABUNAWAS
Abuwaswas bagaimana kabar denganmu?
ABUWASWAS
Aku sehat dan baik-baik saja teman. Semoga
kau juga demikian. Apa gerangan kau undang aku untuk bertemu di tempat ini?
ABUNAWAS
Aku ingin bantuanmu menyelesaikan masalah
cinta yang bertahun di kepala serasa seabad di dada.
ABUWASWAS
Ala mak, ini yang kusuka dari sahabatku
Abunawas. Lucu, jenaka, dan pandai pula bersyair dan membaca syair. Apa yang
bisa kubantu wahai sahabatku?
(ABUNAWAS MEMBERI ISYARAT SUPAYA ABU
WASWAS MENDDEKATKAN TELINGANYA KE BIBIR ABU NAWAS. SESAAT DIBISIKANNYA SESUATU
KE TELINGA ABU WASWAS—IA HANYA TERSENYUM)
ABUNAWAS
Bagaimana sahabat?
ABUWASWAS
Kau memang cerdik Abunawas.
ABUNAWAS
Suatu
masalah akan selalu ada penyelesaiannya sahabat. Keteguhan akan membuat suatu
masalah mencapai penyelesaiannya. Kekuatan batin dapat membantu untuk
mempertahankan keteguhan.
ABUWASWAS
Kau hebat Abunawas. Aku setuju. Kapan kita
mulai?
ABUNAWAS
Saat sayembara berlangsung.
ABUWASWAS
Baiklah. Kalau begitu, aku undur diri
dulu. Sampai berjumpa di istana.
PUTARAN 7
MUSIK ARABIAN NIGHT TERDENGAR MENGIRINGI SUASANA DI ISTANA.
TAMPAK PARA PESERTA SAYEMBARA MULAI DARI TUKANG PIJAT, DUKUN, DAN TABIB SUDAH
MENGANTRE DI HALAMAN ISTANA YANG DIJAGA KETAT. MEREKA SUDAH MEMPERSIAPKAN
SEGALA SESUATUNYA UNTUK MENGOBATI SANG PUTRI. DI SITU ADA ABUNAWAS DAN
ABUWASWAS YANG MENYAMAR SEBAGAI TABIB NAMUN TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH
RAJA.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Bro Pipis 1 mana si Abunawas? Belum
terlihat juga batang hidungnya?
RAJA
PIPIS 1 :
Ya,
aku tidak tahu, dia mendengar pengumuman sayembara atau tidak. Padahal petugas
kerajaan sudah keliling sampai ke hutan.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Kalau dia tidak muncul bagaimana?
RAJA
PIPIS 1 :
Yach, gagal lah strategi kita. Ini sudah
malam ketujuh tapi belum ada yang berhasil mengobati putriku. (BERTERIAK KEPADA
PEGAWAI ISTANA KE ARAH DALAM KAMAR PUTRI) Hey, sudah berapa tabib yang masuk
mengobati putriku?
TERDENGAR SUARA DARI DALAM: sudah peserta
yang ke seribu!
RAJA
PIPIS 2-3 :
(TERPERANGAH
TIDAK PERCAYA LALU SALING PANDANG) Hagghh, jadi kita sudah 7 malam begadang di
istana Raja Pipis 1? Dan ini sudah peserta yang ke-1000. Sepertinya kita akan
gagal nech bro.
RAJA
PIPIS 1 :
(DIAM TIDAK MENJAWAB. SEPERTINYA BERPIKIR
PANJANG)
TERDENGAR SUARA DARI DALAM MENERIAKI PESERTA BERIKUTNYA: yah,
peserta ke-1001 silakan masuk!
RAJA
PIPIS 1 :
(DIAM TIDAK MENJAWAB. SEPERTINYA BERPIKIR
PANJANG)
RAJA PIPIS 1, 2, 3 MULAI TERLIHAT RESAH
KARENA PESERTA YANG DITUNGGU BELUM JUGA DATANG. HINGGA TAK LAMA DARI KERESAHAN
MEREKA MUNCULLAH DI HADAPAN MEREKA DUA ORANG LAKI-LAKI BERJANGGUT PANJANG,
BERJUBAH, DAN BERSORBAN MEMBERI SALAM.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Ass. Selamat malam. Salam sejahtera untuk
Baginda, keluarga beserta seisi istana.
RAJA
PIPIS 1 :
Siapa kalian? Dan apa tujuan kalian datang
ke sini?
RAJA
PIPIS 2-3 :
Ya, mau apa ke sini. Apa kalian tabib?
Dukun? Atau tukang pijat?
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Kami hanya ingin mencoba kemampuan kami
untuk mengobati Putri Syakila.
RAJA
PIPIS 1 :
Beraninya kalian coba-coba mengobati
putriku, hahgg?
RAJA
PIPIS 2-3 :
Ya, taruhannya apa kalau kalian gagal?
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Kami bersedia dipenjarakan atau diusir
dari wilayah kerajaan ini, sesuai yang baginda Raja-Raja inginkan. Bukankah
begitu. (Ups hamper keceplosan, maaf ya Abunawas sahabatku)
RAJA
PIPIS 1 :
Loh, memangnya kalian siapa?
RAJA
PIPIS 2-3 :
Kok, tahu kalau kami memang mendendam
kepada seseorang?
RAJA
PIPIS 1 :
Kami hanya ingin Abunawas keluar dari
wilayah kerajaan kekuasaanku ini.
RAJA
PIPIS 2-3 :
Ya, kalau kami ingin memenggal kepalanya
Abunawas.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Sekarang bagaimana dengan kami? Kami juga
punya permintaan.
RAJA
PIPIS 1 :
Apa permintaan kalian?
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Kalau kami dapat menyembuhkan putri, maka
nikahkan salah satu dari kami dengan putri baginda. Atau jika Baginda keberatan
dan tidak berkenan, maka saya ajukan permintaan yang kedua yaitu serahkan
istana kerajaan dan wilayah kerajaan untuk kami.
RAJA
PIPIS 1-2-3 :
Hagggh, intinya kalian mau mengusir
raja-raja di sini. Lalu kalian yang memegang tampuk pimpinan di sini? O, tidak
bisa itu.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Kalau begitu kami permisi. Kami
mengurungkan niat mengobati putri Baginda.
RAJA
PIPIS 1 :
Eeehh, sebentar-sebentar, begitu aja
ngambek.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
:
Siapa juga yang ngambek, ya? Kita juga
pura-pura, kan.
RAJA
PIPIS 1-2-3 :
Izinkan kami berembuk ya.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Hhmmm, niat jahat lagi tuch.
RAJA
PIPIS 1 :
Baik kami setuju dengan permintaan yang
kalian ajukan. Sekarang silakan sembuhkan penyakit putriku dalam waktu 10
menit.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
:
(SALING PANDANG. LALU MENGANGGUK) Baik
kami sepakat.
MAKA SEGERALAH ABUNAWAS DAN ABUWASWAS
MASUK KE DALAM KAMAR PUTRI SYAKILA UNTUK MENGOBATINGA DALAM WAKTU 10 MENIT.
SEMENTARA KETIGA RAJA MEMANDANGI ABUNAWAS DAN ABUWASWAS YANG BERLALU DI
HADAPANNYA.
“Jangan-jangan mereka orang yang kita
tunggu-tunggu?”
“Setuju”
“Wahai tabib
cinta, sembuhkan sakit di hati sembuhkan sakit di jiwa. Sembuhkan sakit di
raga. Pejamkan matamu putri pejamkan. Senyumlah putri dan senyumlah. Segera
wujudkan mimpimu. Itu pertanda kau bahagia.”
PUTARAN 8
MUSIK KESEDIHAN MENYELINGI SITUASI DAN KONDISI PUTRI SYAKILA
DI KAMARNYA YANG TERBARING TIDAK BERDAYA. SEMENTARA TAMPAK ABUNAWAS DAN
ABUWASWAS BERSIAP-SIAP MENGOBATINYA.
ABUNAWAS
:
“Pada suatu sore Abunawas dan teman-temannya berada di warung teh.
Mereka berkumpul bercengkrama, bersenda gurau, memecahkan masalah, berteka-teki
atau bertaruh-taruhan untuk sekadar menghibur diri sedang menunggu Abunawas.
Mulailah seorang teman Abunawas membuat dan menyampaikan permasalahan ke
hadapan Abunawas.”
“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan
diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid.
Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani
melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.”
“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti
kecuali kepada Tuhan” kata Abu Nawas menentang.”
“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani
memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya
kawan Abu Nawas.”
“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah
pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas
memberitahu.”
“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”
“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Tuhan saja. Sekarang apa
taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.
“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala
engkau pantati.” kata mereka.
Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu. Kawan-kawan
Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi
ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo
pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan
kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda
diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat
karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan
lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa
amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan
itu.
Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja
menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang raja raja
dari negeri sahabat.
Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali
Abunawas. Kawan-kawan Abunawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena
Abu nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abunawas bukannya tidak
datang tetapi terlambat sehingga Abunawas duduk di tempat yang paling belakang.
Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli
pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan
pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abunawas duduk sendirian
di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya,
“Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”
“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda.
Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abunawas.
“Wahai Abunawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu
kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.
“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas
karpet.”
Baginda bingung mendengar pengakuan Abunawas. Karena Baginda melihat
sendiri Abunawas duduk di atas lantai.
“Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda
masih bingung.
“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa
karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abunawas seolah-olah menyimpan misteri.
“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata
Baginda Raja bertambah bingung.
“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang
hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abunawas sambil
beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas
berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di
bagian pantatnya. Abunawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al
Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abunawas, Baginda Raja
tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para
undangan.
Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abunawas merasa
kagum. Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abunawas.
TIBA-TIBA SAJA TERLIHAT PUTRI SYAKILA
TERSENYUM. TAK LAMA TERDENGAR SUARA TERTAWA PUTRI TERPINGKAL-PINGKAL DARI
PERADUAN. KERUAN SUARA TAWA ITU MEMBUAT PERHATIAN SEISI KAMAR PUTRI SYAKILA
TERTUJU KE ARAHNYA. TERNYATA PUTRI SYAKILA SUDAH DAPAT TERSENYUM BAHKAN TERTAWA
TERPINGKAL-PINGKAL. SETELAH ITU PUTRI MEMEJAMKAN MATA.
PUTRI
Sekarang aku ingin tidur. Sudah terlalu
lama aku tidak tidur dan tersenyum. Lega hatiku karena ada orang yang dapat
menyembuhkan sakitku dan menolong aku meskipun aku belum tahu siapa orangnya.
BUNDA
RATU
Haggg, anakku sudah sembuh. Sekarang dia
ingin tidur. Sudah terlalu lama ia tidak memejamkan mata. (BERTERIAK-TERIAK
MEMANGGIL BAGINDA RAJA) Baginda Raja! Kakanda ayang! Ayang! Ayang! Cepat ke
sini!
“dalam cerita
lama tersebut kisah abunawas jenaka menghadap raja. Hilang pasti nyawanya karena bersalah. Tapi
aneh akhirnya mendapat harta. Abunawas, lucu lagi jenaka lihat dulu orangnya
belum pasti lemah pribadinya.”
PUTARAN 9
MUSIK ARABIAN NIGHT TERDENGAR MENGIRINGI PERTEMUAN RAJA
PIPIS 1,2,3 BERSAMA DENGAN BUNDA RATU DAN PUTRI SYAKILA. RATUSAN UNDANGAN
PEJABAT DAN PENDUDUK JELATA PUN TERLIHA MEMADATI ISTANA. KETIGA RAJA BERENCANA
MANGAKALI ABUNAWAS LAGI KARENA MEREKA BELUM MAU MENYERAH DENGAN KEKALAHAN YANG
BERKALI-KALI DIALAMINYA KARENA ULAH DAN KECERDIKAN ABUNAWAS.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Maaf yang Mulia. Hamba dipanggil ke sini
menghadap Baginda gerangan apa lagi kesalahan hamba?
RAJA
PIPIS 1 :
Tidak ada lagi kesalahan. Kami hanya ingin
mengaundang makan kalian Abunawas dan Abuwaswas setelah kalian berhasil
menyembuhkan putrid kami.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Jadi sebenarnya Baginda sudah tahu
penyamaran kami.
RAJA
PIPIS 1 :
Ya, sudahlah zaman sekarang penyamaran itu
sudah ketinggalan. Cari ide dan gaya yang lain dong.
ABUNAWAS-ABUWASWAS
Segera akan kami cari ide yang lain kalau
cerita ini berlanjut Baginda.
RAJA
PIPIS 1 :
Kau ingin hidangan apa.semua ada di sini.
Aku tahu kesukaanmu adalah ayam panggang bumbu rujak gejrot. Maka kuhidangkan
khusus itu untukmu. Sedangkan tamu yang lain silakan menikmati hidangan sesuai
selera. (Habis kali ini nyawamu Abunawas).
ABUNAWAS MELIHAT ADA ALGOJO DI
HADAPANNYA. IA MULAI CURIGA DAN WASPADA SEKETIKA AKAL CERDIKNYA BEKERJA.
“Tidak mungkin kalau raja-raja ini
tidak licik. Untuk apa algojo ini. Hhmm, bila aku memakan bagian leher ayam,
maka Baginda Raja akan memotong leherku. Aku memakan dada, maka Baginda
Raja akan menusuk dadaku. Bila aku
memakan bagian paha, maka pahaku akan dipotong oleh algojo ini. sepertinya
dimakan atau tidak dimakan aku tetap saja akan terkena hukuman,"
RAJA PIPIS 1, 2, 3 TERSENYUM PUAS
MEMANDANGI KEBINGUNGAN ABUNAWAS. TIBA-TIBA ABUNAWAS MENDAPATKAN AKAL.
SEGERA IA MENJILATI SELURUH BAGIAN DARI AYAM PANGGANG ITU, MULAI DARI KEPALA
SAMPAI KE “BELAKANG”. SETELAH MENJILATI SELURUH AYAM PANGGANG TERSEBUT, ABU
BERKATA,
"Baginda Raja Pipis 1, 2, dan 3
kami siap menerima perlakuan yang sama dari Anda Raja-raja yang berhati mulia.”
RAJA PIPIS 1-2-3 :
Apa maksud kalian?
ABUNAWAS :
Jangan pura-pura tidak paham Baginda
Raja-raja yang mulia. Bukankah acara ini dan perlakuan yang berikan untuk kami
adalah strategi Anda untuk menyingkirkan kami?
RAJA PIPIS 1-2-3 :
Apa maksud kalian? Aku tidak paham.
ABUNAWAS :
Baik aku jelaskan. Pertama kalau aku
memakan leher ayam panggang tadi maka aku akan dipenggal lehernya. Kedua kalau
aku memakan dada, maka Baginda Raja akan
menusuk dadaku. Ketiga kalau aku memakan bagian paha, maka pahaku akan dipotong. Maka
aku akan memakan dengan menjilati tubuh ayam panggang ini keseluruhan. Maka
sekarang Anda harus konsekuan, konsisten, dan bijaksana. Jilati seluruh tubuh
saya sekarang. Atau Anda kabulkan permintaan saya. Terserah menikahkan saya
dengan tuan putri atau Anda dan keluarga Anada harus meninggalkan istana
kerajaan dan seluruh isi istana menjadi milikku.
SEKETIKA ITU PULA, RAJA-RAJA TERDIAM
DAN TIDAK MAMPU BERKATA APA-APA LAGI. HADIRIN DAN PARA TAMU YANG MENYAKSIKAN
PUN GEGER DAN TAK KUASA MENAHAN TAWA. MEREKA TAK SANGGUP MEMBAYANGKAN RAJA
PIPIS 1, 2, 3 MENJILATI TUBUH ABU NAWAS.
ABUNAWAS
Ingat Baginda di sini banyak saksi
akan janji Anda dan perlakuan Anda terhadap saya dan penduduk yang juga rakyat
Anda. Yang seharusnya Anda lindungi. Bukan begitu hadirin?
MAKA RAJA PIPIS 1 MEMINTA MAAF
KEPADA ABUNAWAS DAN MEMOHON UNTUK TIDAK MENGUSIRNYA BESERTA KELUARGANYA DARI
ISTANA. RAJA PIPIS 1 BERSEDIA MERESTUIPERNIKAHAN PUTRI SYAKILA DAN ABUNAWAS.
CERITA PUN BERAKHIR DENGAN BAHAGIA.
SELESAI
Mei 2015
kurang panjag bro
BalasHapus